Minggu, 31 Mei 2009

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI GSM

Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan standar yang diterima secara global untuk komunikasi selular digital. GSM adalah nama group standardisasi yang dimapankan pada tahun 1982 untuk menghasilkan standar telepon bergerak di Eropa. Perkembangan GSM ini dilatarbelakangi oleh keadaan di tiap-tiap negara Eropa pada ssat itu yang masih menggunakan system telekomunikasi wireless yang analog dan tidak compatible antara negara, sehingga tidak memungkinkan dilakukannya roaming antar negara. Standar sistem komunikasi ini dikembangkan oleh European Telecommunication Standard Institute (ETSI) pada tahun 1988 dan diperkirakan banyak negara lainnya diluar eropa akan turut menggunakan teknologi GSM.

Global System for Mobile Communication (GSM) adalah generasi kedua dari standar sistem selular yang dikembangkan untuk menyelesaikan masalah fragmentasi dari sistem selular generasi pertama. Perbedaan utama sistem 2G dengan teknologi sebelumnya (1G) terletak pada teknologi digital yang digunakan. Keuntungan teknologi generasi kedua dibanding dengan teknologi generasi pertama antara lain sebagai berikut :

Kapasitas sistem lebih besar, karena dominan menggunakan teknologi TDMA (digital), dimana penggunaan sebuah kanal dibagi ke dalam beberapa domain waktu. Hal ini berlawanan dengan teknologi generasi pertama yang hanya menggunakan FDMA.
Adanya standard internasional yang digunakan sebagai rujukan perkembangan teknologi selular sehingga sistem pada negara – negara yang berbeda tersebut masih tetap kompatible satu dengan lainnya sehingga dimungkinkannya roaming antara negara.
Service yang beragam. Dengan menggunakan teknologi digital, sehingga service yang ditawarkan menjadi lebih beragam dan juga memungkinkan diimplementasikannya service-service yang berbasis data, seperti SMS dan juga pengiriman data dengan kecepatan rendah.
Tingkat sekuriti yang lebih baik karena menggunakan teknologi digital, dimana dimungkinkan utk melakukan encripsi dan chipering informasi.

ARSITEKTUR GSM

Pada arsitektur GSM kita mengenal tiga subsystem utama yang memiliki tugas dan peran sendiri-sendiri di antaranya :
1. Base Station Subsystem (BSS), memiliki fungsi utama sebagai pengirim dan penerima sinyal radio dari dan menuju Mobile Station (MS).
2. Network and Switching Subsystem (NSS), berperan dalam melakukan pengawan dan control switch pada BSS.
3. Operation and Maintenance Center (OMC), merupakan bagian yang berfungsi untuk mengoperasikan dan menyediakan Operating System (OS) bagi keduanya (BSS dan NSS).

Arsitektur GSM

Satu lagi sub system yang ada di dalam GSM yaitu Mobile Station (MS). Mobile Station (MS) merupakan alat komunikasi yang dibutuhkan pelanggan untuk dapat mengakses layanan yang telah disediakan oleh operator GSM. MS dapat berupa alat komunikasi yang terpasang pada kendaraan atau yang mudah dibawa (portable handheld). MS terdiri atas Mobile Equipment (ME) dan Subscriber Identification Module (SIM) card. SIM card merupakan kartu identitas bagi pelanggan. Tanpa adanya SIM, maka mobile equipment tidak dapat beroperasi. Dalam SIM card terdapat microprosesor dan memori untuk menyimpan data pelanggan. MS biasanya dianggap sebagai bagian dari BSS.

Base Station Subsystem (BSS)
Base Station Subsystem (BSS), atau yang biasa dikenal sebagai radio subsystem adalah penyedia dan pengatur transmisi radio dari system selular. Fungsi utama dari BSS adalah menghubungkan antara MS dengan NSS. Interface antara MS dengan subsistem lain dari GSM juga diatur melalui BSS. BSS terdiri dari 3 bagian utama, yaitu:
Base Transmission Station (BTS).-
BTS berfungsi untuk mengkoneksikan Mobile Station dengan Base Station Controller (BSC). Sebuah BTS terdiri dari pemancar dan penerima radio serta antena. Penjelasan mengenai BTS lebih dalam akan dijelaskan pada subbab tersendiri di bawah.
Base Station Controller (BSC).-
BSC mengatur semua fungsi hubungan radio dari jaringan GSM. BSC adalah switch berkapasitas besar yang menyediakan fungsi seperti handover HP, penyediaan chanel radio, dan kumpulan dari konfigurasi data beberapa cell. Beberapa BSC dapat dikontrol oleh setiap MSC.
Transcoder and Adapter Unit (TRAU).-
Transcoder and Rate Adapter Unti (TRAU) merupakan bagian dari Base Station Subsystem. TRAU terletak antara BSC dan MSC dimana untuk berkomunikasi menggunakan A interface. TRAU berfungsi untuk melakukan transcoding (de-/compressing) sinyal suara dan data rate adaptation (mengadaptasi kecepatan data yang diakses).

Network Switching Subsystem (NSS)
Network Switch Subsystem (NSS) berperan dalam mengkoneksikan antar user dalam sebuah jaringan atau ke jaringan yang lain. NSS terdiri dari lima komponen jaringan di antaranya :
Mobile Switching Center (MSC).-
MSC merupakan inti dari network subsystem, yang berperan untuk interkoneksi hubungan antar BSS, antar MSC atau dengan jaringan telepon kabel PSTN, ataupun dengan jaringan data.
Home Location Register (HLR).-
HLR berfungsi untuk penyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen, tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebgai pusat informasi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan dengan HLR dan memberikan informasi posisi pelanggan berada.
Visitor Location Register (VLR).-
VLR berfungsi untuk menyimpan data dan informasi pelanggan. Adanya informasi mengenai pelanggan dalam VLR memungkinkan MSC untuk melakukan hubungan Incoming (panggilan masuk) maupun Outgoing (panggilan keluar). VLR bertindak sebagai database pelanggan yang bersifat dinamis karena selalu berubah setiap waktu, menyesuaikan dengan pelanggan yang memasuki atau berpindah naungan MSC.
Authentication Center (AuC).-
AuC menyimpan semua informasi yang diperlukan untuk memeriksa keabsahan pelanggan, sehingga usaha untuk mencoba mengadakan hubungan pembicaraan bagi pelanggan yang tidak sah dapat dihindarkan. Di samping itu, AuC berfungsi untuk menghindarkan adanya pihak ketiga yang secara tidak sah mencoba untuk menyadap pembicaraan.

Operation Subsystem (OSS)
OSS digunakan untuk melakukan remote monitoring dan manajemen jaringan. Pada OSS terdapat Operation and Monitoring Center (OMC) yang berfungsi melakukan monitoring unjuk kerja jaringan dan melakukan konfigurasi remote dan pengaturan aktivitas kesalahan seperti alarm dan monitoring. Adapun OMC dibagi menjadi dua yaitu OMC-R yang merupakan OMC bagi BSS dan OMC-S yang merupakan OMC bagi NSS.
by : yopi

[+/-] Selengkapnya...

Selasa, 26 Mei 2009

Teknologi CDMA dan GSM

MASYARAKAT mulai merasakan manfaat kompetisi di sektor telekomunikasi dan persaingan teknologi serta persaingan bisnis antar-operator memberi alternatif pilihan yang menguntungkan. Dengan masuknya Telkomflexi yang berbasis teknologi CDMA (code division multiple access), maka sekarang masyarakat dapat menikmati layanan telepon seluler dengan tarif telepon tetap PSTN. Jadi telepon seluler bukan barang mewah lagi.

DALAM menangani persaingan ini, peranan dan konsistensi regulator benar diuji. Yaitu bagaimana kebijakan dan kebijaksanaan regulasi sektor telekomunikasi untuk mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan para pemain bisnis.

Permasalahan utama pemerintah selama ini adalah bagaimana mempercepat penambahan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia. Kepadatan telepon (teledensitas) sampai saat ini baru 3,7 persen, atau rata-rata tiga telepon di antara seratus penduduk. Tentunya angka ini akan lebih kecil lagi untuk di daerah-daerah pedesaan atau daerah terpencil yang bisa hanya mencapai 0,01 persen saja. Diperlukan terobosan-terobosan teknologi dan regulasi untuk mendongkrak angka teledensitas Indonesia yang sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita.

Di Indonesia, liberalisasi bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai membuka kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi GSM (global system for mobile) datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama yang sudah masuk sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance mobile phone system)

Teknologi GSM lebih unggul, kapasitas jaringan lebih tinggi, karena efisiensi di spektrum frekuensi. Sekarang, dalam kurun waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah menguasai pasar dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah
pelanggan telepon tetap. Tren ini akan berjalan terus karena di samping fitur-fiturnya lebih menarik, telepon seluler masih merupakan prestise, khususnya bagi masyarakat Indonesia.

Namun, sampai saat ini telepon seluler masih merupakan barang mewah, tidak semua lapisan masyarakat bisa menikmatinya. Tarifnya masih sangat tinggi dibandingkan dengan telepon tetap PSTN (public switched telephone
network), baik untuk komunikasi lokal maupun SLJJ (sambungan langsung jarak jauh), ada yang mencapai Rp 4.500 per menit flat rate untuk komunikasi SLJJ.

Namun, berapa pun tarif yang ditawarkan operator seluler GSM, karena tidak ada pilihan lain, apa boleh buat, diambil juga.Terutama karena telepon PSTN tidak bisa diharapkan. Jadi, masuknya CDMA menjanjikan solusi teknologi yang ekonomis untuk memenuhi kewajiban pemerintah dalam mempercepat penambahan PSTN. Apalagi, CDMA datang dengan teknologi seluler 3G, yang menawarkan fitur-fitur yang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi GSM. Keunggulan ini sekaligus dapat memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat modern.

Mengapa CDMA bisa murah?

Suatu kali seorang mahasiswa di lift tiba-tiba mengajukan pertanyaan itu dan saya hanya berkometar, jangan-jangan GSM kemahalan. CDMA datang dengan harga 200 dollar AS per SST (satuan sambungan telepon), jauh lebih murah
dibandingkan dengan teknologi akses lainnya selama ini di Indonesia sehingga PT Telkom berani memberikan tarif murah. Padahal, CDMA lebih canggih dan lebih unggul dibandingkan dengan GSM.

Kalau begitu, perlu dipertanyakan kembali bagaimana sebenarnya iklim bisnis seluler GSM selama ini termasuk pemain-pemain yang berperan dibalik semua itu. Mulai dari vendor, operator, dan regulator, siapakah yang paling
diuntungkan, meski yang jelas bukan masyarakat sebagai konsumen.

Apalagi jika diperhatikan skema kerja sama antara vendor dengan para operator dalam pola pengadaan atau pembelian teknologi. Pedihnya lagi, adakah transfer teknologi yang berarti buat negara kita? Sudah hampir satu dekade, vendor-
vendor teknologi jaringan GSM masuk dan berbisnis di Indonesia, kenyataannya kita hanya dijadikan pembeli dan pemakai teknologi semata.

Sekarang dengan masuknya teknologi CDMA dari kubu lain dengan pelaku bisnis baru apakah itu dari Amerika, Jepang, Korea, atau Cina, diharapkan iklim bisnisnya akan lebih terbuka. Perlu dicermati apakah ada itikad baik pemain baru itu untuk meningkatkan pemberdayaan sumber daya manusia kita.

Tentu pemerintah dan para operator harus mempunyai kekuatan negosiasi yang kuat, jangan sampai mereka datang dengan sederet permintaan dan syarat untuk memudahkan mereka berbisnis, sementara kita tidak tahu mau minta apa
kepada negara mereka. Meskipun kita tak mempunyai keunggulan kompetitif dalam teknologi ini, tetapi potensi pasar yang menjanjikan, bisa dijadikan kekuatan tawar, misalnya untuk memperjuangkan transfer teknologi yang nyata. Hal lain yang perlu dicermati adalah jangan sampai terjadi ketergantungan pada satu atau dua vendor seperti pengalaman kita terdahulu dengan Siemens.

Dari aspek teknologi, baik GSM atau CDMA merupakan standar teknologi seluler digital, hanya bedanya GSM dikembangkan oleh negara-negara Eropa, sedangkan CDMA dari kubu Amerika dan Jepang. Tetapi perlu diperhatikan bahwa teknologi GSM dan CDMA berasal dari jalur yang berbeda sehingga perkembangan ke generasi 2,5G dan 3G berikutnya akan berbeda terus seperti bisa dilihat pada skema.

Oleh karena itu, kita harus hati-hati memilih teknologi. Ketika kita memilih CDMA, maka selanjutnya harus mengikuti jalur up-grade CDMA terus. Perlu diingat, up-grade jaringan dalam satu jalur teknologi akan lebih gampang dan lebih murah dibandingkan migrasi ke teknologi lain.

Kinerja jaringan merupakan kriteria berikutnya yang harus diperhatikan dalam pemilihan teknologi. Kinerja jaringan seluler sangat tergantung efisiensi pemakaian spektrum frekuensi dan sensivitas terhadap interferensi karena spektrum frekuensi merupakan sumber daya yang sangat terbatas.

Untuk meningkatkan efisiensi spektrum frekuensi, maka dilakukan teknik penggunaan kembali frekuensi re-used, mempergunakan kembali frekuensi yang sama pada sel lainnya pada jarak tertentu supaya tidak terjadi interferensi.
Teknologi CDMA memiliki kapasitas jaringan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi GSM dan frekuensi yang sama dapat dipergunakan pada setiap sel yang berdekatan atau bersebelahan sekalipun.Teknologi CDMA didesain tidak peka terhadap interferensi. Di samping itu, sejumlah pelanggan dalam satu sel dapat mengakses pita spektrum frekuensi secara bersamaan karena mempergunakan teknik pengkodean yang tidak bisa
dilakukan pada teknologi GSM.

Mobilitas terbatas

Mobilitas merupakan keunggulan utama teknologi seluler dibandingkan telepon tetap. Setiap pelanggan dapat mengakses jaringan untuk melakukan komunikasi dari mana saja dan di sini letak perbedaan dengan telepon tetap.
Konsep desain teknologi seluler menjamin mobilitas setiap pelanggan untuk melakukan komunikasi kapan pun dan dimana pun dia berada. Jadi dari aspek teknologi, tidak ada batasan mobiltas pelanggan bahkan jelajah (roaming)
internasional dapat dilakukan.Kalau dilakukan pembatasan, apalagi jika dibatasi penggunaan teknologi itu hanya dalam satu sel, pelanggan hanya bisa melakukan komunikasi atau mempergunakan teleponnya dalam daerah cakupan BTS (base transceiver station) di mana dia berlangganan.Jakarta tentu sangat tidak efektif dan tidak efisien karena misalnya pelanggan yang punya rumah di Jakarta Timur, bekerja di Jakarta Pusat, atau belanja ke Glodok, teleponnya sudah tidak bisa dipergunakan. Di samping itu, pembatasan ini bisa dimanfaatkan operator untuk menambah biaya roaming antarsel yang tentu akan merugikan, mempersulit, atau membodohi masyarakat. Jangan sampai karena persaingan bisnis para operator lalu masyarakat dikorbankan. Jika
pembatasan tetap ingin dilakukan, tentu perlu dipikirkan batasan yang wajar. Misalnya, batasan cakupan meliputi Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi).

Kejadian ini tidak jauh berbeda dengan apa yang dihadapi India sekitar tahun 2000 ketika para operator GSM khawatir bisnis mereka terancam saat CDMA masuk. Pemerintah memberikan izin teknologi seluler CDMA-WLL dioperasikan untuk infrastruktur PSTN mereka, untuk mencapai target 7 persen teledensitas pada tahun 2005 mendatang. Sampai sekarang, Pemerintah India tetap konsisten mempertahankan teknologi CDMA, dengan mobilitas tetap dibatasi, tetapi daerah cakupan cukup luas yaitu kira-kira satu provinsi.

Menghadapi persaingan bisnis yang makin sengit dan siklus serta persaingan teknologi yang makin cepat, dalam menentukan kebijakan dan kebijaksanaannya, regulator harus melihat dari sudut pandang dengan suatu kajian
yang komprehensif, tidak parsial. Dan yang lebih penting lagi, harus mampu mengantisipasi segala perubahan yang mungkin terjadi supaya tidak ketinggalan terus.

Dengan adanya konvergensi teknologi telekomunikasi dengan teknologi informasi, kebijakan lisensi seharusnya tidak lagitergantung teknologi maupun jasa. Setiap operator bebas memilih teknologi yang paling ekonomis dan cocok untuk meningkatkan daya saing mereka, agar bisa menawarkan jasa kepada masyarakat dengan tarif yang rendah. Regulator benar-benar harus independen, tidak memihak kepada teknologi atau vendor mana pun.

Lebih jauh lagi, liberalisasi sektor ini menuntut regulator untuk menjaga kesinambungan layanan kepada masyarakat,jangan sampai terjadi cherry picking yang mungkin dilakukan oleh pemain-pemain baru. Saat mereka terjepit, mereka
begitu saja berangkat tanpa memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat.
Biasanya kasus ini terjadi pada negara-negara berkembang di mana hukum dan regulasi masih sangat lemah, seperti pernah terjadi di India sehingga langkah-langkah strategis perlu dipersiapkan baik oleh regulator maupun operator.
Misalnya untuk mengantisipasi persaingan, sebaiknya operator GSM mulai memikirkan alternatif solusi teknologi apakah up-grade atau migrasi.

Oleh karena itu, peran pemerintah dan regulator tetap sangat dibutuhkan untuk menjaga kepentingan masyarakat suatu negara terutama dalam masa transisi dari monopoli ke kompetisi. Bagi negara kita, yang sampai saat ini hanya jadi
pembeli dan pemakai teknologi tersebut, tentu harus pintar- pintar memilih teknologi yang paling ekonomis dan cocok dengan kebutuhan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Jangan sampai terpaku pada suatu teknologi atau pada satu-dua vendor saja. Kita harus bisa mobile secara bebas, tidak
limited mobility.

[+/-] Selengkapnya...

Perkembangan teknologi GSM dan CDMA

Semakin luas dan beragamnya layanan operator telekomunikasi bergerak di Indonesia, membuat konsumen memiliki banyak pilihan layanan komunikasinya.Perkembangan teknologi GSM dan CDMA yang ada di Indonesia pada akhirnya memberikan berbagai keunggulan pada dua jaringan telekomunikasi bergerak tersebut, baik dari segi tarif maupun layanannya.

Hal itu menyebabkan tidak sedikit orang yang dalam aktivitas sehari-harinya membutuhkan dua SIM Card sekaligus (GSM-CDMA), untuk menunjang kegiatan mereka. Namun demikian, konsumen juga tidak mau direpotkan untuk membawa dua atau lebih ponsel dengan alasan tidak praktis.

Menjawab kebutuhan seperti itu, StarTech Mobile memperkenalkan ponsel jenis terbaru StarTech ST 88, yang dapat aktif pada dua jaringan GSM dan CDMA. Hanya dengan menggunakan StarTech ST 88, pengguna ponsel dapat langsung memanfaatkan semua keunggulan GSM dan CDMA.

Keduanya dapat aktif secara bersamaan seperti layaknya anda membawa dua ponsel. “Dengan ponsel ini, kami memberikan solusi praktis,” ujar Untung BW, GM Marketing StarTech Mobile, melalui rilisnya Kamis 6 Maret sore.

Selain itu, melihat bentuk dan desain Startech ST 88, kita dapat berkesimpulan produk ini memberikan nuansa stylish. Pilihan warna dengan balutan merah memberikan kesan anggun. Yang mencolok adalah layarnya dengan kualitas gambar menakjubkan dengan kedalaman 262 ribu warna.

Besaran layar memakan sebagian besar bagian depan ponsel. Dengan konsep desain yang mengedepankan unsur stylish ini, Startech ST 88 diyakini dapat memberikan nilai tersendiri bagi konsumen Indonesia.

“Dari sisi tampilan produk ini memang didesain secara khusus, untuk memberikan nuansa stylish,” jelas Untung. “Bisa dikatakan, ini adalah ponsel dual on pertama yang mengedepankan bentuk dan tampilan yang menawan,” tambah Untung lagi.

Namun, bukan hanya sisi tampilan yang menjadi andalan ponsel ini. Startech ST 88 juga memiliki beragam fitur multimedia. Untuk fitur musik ST 88, dilengkapi dengan FM Radio dan MP3 Player, dengan kualitas suara yang menawan.

Untuk gambar dan video, tersedia juga kamera 1,3 MP dan MPEG 4. Kualitas gambarnya mencukupi kebutuhan pengguna untuk mengabadikan momen-momen penting dalam kehidupan. “Fitur Multimedia pada produk ini merupakan salah satu daya saing kami, di samping tampilan dan dual on,” sebut Untung.

Untuk urusan koneksi dengan perangkat lainnya dan mempermudah proses transfer data, produk ini sudah dilengkapi dengan Bluetooth dan kabel mini USB. Untuk Bluetooth, kata Untung, kita bisa menemukan pada menu Stock Service.

Anda juga dapat membuat short-key untuk fitur ini agar memudahkan dalam penggunaan. Untuk koneksi internet, Startech ST 88 juga dilengkapi dengan fitur GPRS class 12.

Ponsel ini memiliki kapasitas memori internal 493 KB, namun didukung oleh slot memori eksternal Micro SD T-Flash, dengan kapasitas bisa mencapai 2 GB. Dengan demikian, urusan menggunakan memori bukan lagi menjadi masalah berarti pada ponsel ini.

“Dukungan slot memori T-Flash akan memudahkan anda dalam menyimpan semua file penting dalam ponsel ini,” katanya.

StarTech ST88 memakai teknologi dua jaringan GSM dan CDMA, dengan menyediakan dua slot SIM card. Kedua kartu ponsel ini dapat dinyalakan secara bersamaan.

Pasar ponsel Indonesia kini semakin diramaikan oleh kehadiran berbagai ponsel dual on. Dengan ponsel semacam itu, para pengguna yang memiliki dua kartu tidak ingin repot untuk membawa dua ponsel sekaligus.

StarTech Mobile, merek dagang lokal yang mengusung ponsel buatan China, berusaha merespons kebutuhan pasar ini dengan meluncurkan ponsel ST88 dengan teknologi dua jaringan CDMA-GSM, serta ST57 untuk dual on GSM-GSM.

Produk seri ST88 memiliki tampilan yang elegan dengan warna abu-abu dipadu dengan strip merah membuat ponsel ini enak dilihat.

Bentuknya yang stylish cocok bagi anak muda ataupun untuk para profesional. Ponsel ini memiliki layar yang lebarnya menghabiskan 2/3 dari permukaan ponsel dengan kualitas gambar yang memanjakan mata. Di sisi bawahnya ada keypad yang berjajar rapi.

Dilihat dari penampilannya, orang akan mengira hargannya mahal, namun ponsel ini dipasarkan dengan harga di bawah Rp2 juta.

Ponsel ini memakai teknologi dua jaringan GSM dan CDMA, dengan menyediakan dua slot SIM card. Kedua kartu ponsel ini dapat dinyalakan secara bersamaan.

ST88 menawarkan fasilitas hiburan seperti FM Radio, pemutar multimedia MP3/MPEG4 dengan kualitas suara yang jernih. Secara umum menu pada ponsel ini mudah dipahami sehingga pengguna tidak memerlukan banyak penyesuaian.

Selain menyediakan kabel USB untuk sambungan ke personal komputer atau pengisian baterai ponsel, ST88 juga menyertakan teknologi Bluetooth untuk membantu mempermudah keperluan perpindahan data dengan jangkauan sekitar 10 meter.

Fitur ini dapat ditemukan oleh pengguna pada menu stock service atau pengguna dapat menyetelnya melalui short-key.

StarTech ST88 dilengkapi kamera dengan resolusi 1,3 mega piksel. Kamera ponsel ini dapat merekam warna dengan baik disaat pengambilan gambar dilakukan dengan pencahayaan matahari yang cukup.

Selain mengambil gambar kamera, ponsel ini dapat mengambil gambar bergerak atau video. Lama waktu untuk merekam dari ponsel disesuaikan dengan kapasitas memori yang ada.

Memori internal yang disediakan oleh ponsel ini sebesar 493 kB, dan hanya dapat menyimpan buku kontak sebesar tiga ratusan nomor.

Namun hal ini tidak perlu dikhawatirkan oleh pengguna, karena produk ini menyediakan slot eksternal dengan memori microSD T-Flash yang terletak pada sisi bawah didalam casing luar yang kapasitasnya bisa mencapai 2GB.

Dengan dukungan memori eksternal ini, para pengguna dapat menjalankan seluruh fitur multimedia dengan nyaman, menympan berbagai file gambar, musik atau video, serta data-data penting lainnya.

Tantangan besar bagi ponsel ST88 justru ada pada ketidakmampuan baterai untuk bertahan lama. Jika kartu SIM terpasang kedua-duanya, maka akan mempengaruhi umur baterai.

Oleh karena itu, para tekhnisi StarTech mengantisipasinya dengan menyediakan kapasitas baterai yang cukup besar yaitu 2000 mAH, dengan kisaran talktime 210 menit dengan waktu standby yang mencapai 200-an jam.

Pengisian ulang baterai kira-kira memerlukan tiga jam untuk sekali pengisian ulang atau tergantung kebutuhan ponsel.

[+/-] Selengkapnya...

Perkembangan Teknologi CDMA di Indonesia

Dunia telekomunikasi di Indonesia bertambah marak dengan hadirnya beberapa operator berbasis CDMA (Code Division Multiple Access). Pilihan konsumen untuk mendapatkan alternatif layanan telekomunikasi semakin beragam tidak hanya seluler GSM atau PSTN yang lebih dulu dikenal. Meski belum sebanyak GSM, pelanggan CDMA di Indonesia diperkirakan akan semakin tumbuh mengikuti trend jumlah pelanggan CDMA global yang telah mencapai 212,5 juta pelanggan. Hal ini karena CDMA menawarkan konsep layanan komunikasi nirkabel masa depan dengan kualitas suara jernih dan koneksi data berkecepatan tinggi.

Dunia harus berterima kasih kepada Claude Shannon (1916 - 2001), seorang ilmuwan dari Massachusetts Institute of Technology yang berjasa menyumbangkan ide dasar CDMA berupa teknik penyebaran spektrum (spread spectrum). Awalnya CDMA digunakan oleh kalangan militer karena kebal terhadap gangguan (anti jamming) dan bebas penyadapan (anti-intercept).

Pada tahun 1989 Qualcomm, sebuah vendor telekomunikasi Amerika Serikat, memperkenalkan teknologi ini untuk kepentingan sipil, tiga bulan setelah Celluler Telecommunications Industry Association (CTIA) atau asosiasi industri telekomunikasi seluler di Amerika Serikat berusaha mencari suatu sistem seluler baru untuk mengantisipasi peningkatan jumlah pelanggan seluler. Standar CDMA yang pertama adalah TIA/EIA IS-95 (Telecommunications Industry Association / Electronic Industries Association Interim Standard - 95) atau lebih dikenal dengan IS-95A. Karena dirasa masih kurang mengakomodasi layanan data maka IS-95A dikembangkan lagi menjadi IS-95B (CDMAOne) yang mampu melewatkan data hingga 64 kbps atau setara generasi seluler kedua (2G) pada GSM. Teknologi CDMA semakin matang dengan dirampungkannya standar CDMA 2000-1X pada bulan Maret 2000. Standar ini berhasil meningkatkan kapasitas suara dua kali lipat dan mampu mentransfer data berkecepatan tinggi (144 kbps) sehingga CDMA mulai diperhitungkan sebagai pesaing GSM yang lebih dulu mapan. Evolusi CDMA berlanjut dengan hadirnya CDMA2000 1xEV-DO (Evolution Data Optimized) dan CDMA2000 1xEV-DV (Evolution Data Voice). Kedua standar ini menjawab kebutuhan layanan data berkecepatan tinggi karena sanggup melesat hingga 2,4 Mbps (EV-DO) dan bahkan 3,09 Mbps (EV-DV). Peluang untuk menjadikan CDMA sebagai solusi teknologi nirkabel masa depan semakin terbuka setelah International Telecommunication Union (ITU) memilih teknologi ini sebagai platform teknologi seluler generasi ketiga (3G).
CDMA 2000-1x merupakan sistem telekomunikasi nirkabel yang mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan teknologi seluler lainnya. Teknologi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan komunikasi masa depan. Selain kebal gangguan dan anti penyadapan, kualitas suara yang dimiliknya lebih jernih serta aman bagi kesehatan karena radiasi gelombang radio yang dipancarkan relatif lebih rendah dibandingkan GSM. Selain mempunyai fitur-fitur standar layaknya seluler GSM, misalnya SMS, CLIP, voice mail, call forwarding, dan cal waiting, CDMA 2000-1X juga memperkenalkan berbagai aplikasi lain yang diperkirakan segera booming. Location-based services (LBS) merupakan salah satu aplikasi pemandu posisi pengguna ponsel yang terdapat pada CDMA2000. Dengan adanya LBS, operator bisa berinovasi untuk menawarkan berbagai layanan menarik, misalnya informasi lalu lintas, panduan arah jalan menuju suatu bank atau restoran terdekat dari posisi pengguna ponsel. Aplikasi baru lainnya adalah Push-to-Talk (PTT) berbasis IPRS (IP Radio System) yang diberi nama QChat. QChat merupakan layanan komunikasi suara always-on secara cepat dari satu pelanggan ke pelanggan lainnya (one to one) maupun dari satu pelanggan ke beberapa lawan bicara (one to many) cukup dengan menekan tombol PTT. CDMA2000-1x juga bisa disebut sebagai salah satu teknologi broadband wireless access (BWA) karena sanggup melewatkan data berkecepatan tinggi. Kemampuannya mengirimkan data puncak hingga 3,1 Mbps (EV-DV) lebih cepat dari solusi ADSL pada broadband fixed wireline. Selain itu CDMA2000 memiliki kemampuan softer hand-off yang memungkinkan koneksi komunikasi data tetap terjaga meskipun pengguna sedang berpindah dari satu lokasi sel ke sel lainnya. CDMA2000 memang dirancang khusus untuk menunjang gaya hidup digital sehingga beragam aplikasi, seperti browsing web, m-commerce, MMS (multimedia messaging services), streaming video, games, e-mail, bahkan solusi korporasi, berjalan dengan mulus.
Operator berbasis CDMA di Indonesia hingga kini ada lima, yaitu Telkom (Flexi), Indosat (StarOne), Bakrie Telecom (Esia), Mobile-8 (Fren), dan MSI/Mandara Seluler Indonesia (Neo_n). Berbekal Keputusan Menteri Perhubungan/ KM No. 35 Tahun 2004 maka Telkom, Indosat, dan Bakrie Telecom menggunakan teknologi CDMA ini sebagai solusi telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless access/FWA) dengan mobilitas terbatas sebagai pengganti jaringan telepon tetap berbasis kabel tembaga (fixed wireline). Mobile-8 dan MSI lebih memilih menjadi operator seluler seperti operator GSM. Dalam perkembangannya masyarakat ternyata tetap memandang FWA tak ubahnya sebagai telepon seluler sehingga kompetisi telekomunikasi nirkabel di Indonesia semakin ketat.
Tampaknya operator CDMA di Indonesia masih menggunakan jurus yang dipakai oleh operator GSM dengan memberikan porsi layanan suara lebih banyak daripada layanan content atau data. Memang hingga kini layanan suara masih mendominasi dan menjadi penyumbang utama pendapatan operator telekomunikasi. Tapi, jika operator CDMA dan content provider jeli, aplikasi-aplikasi multimedia berbasis CDMA bisa menjadi produk yang digandrungi konsumen (killer application) yang akan menjadi mesin uang baru bagi operator CDMA. Meski sekarang beberapa operator CDMA sudah mulai mencoba menggarap content, namun masih kurang inovatif dibandingkan pesaingnya dari seluler GSM. Layanan content CDMA di Indonesia cenderung meniru apa yang telah dilakukan operator GSM sehingga kurang menarik konsumen telekomunikasi.
Seiring dengan meningkatnya demand internet di Indonesia, operator CDMA perlu segera mengantisipasinya dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki teknologi ini. CDMA sejatinya lebih unggul daripada sistem seluler lain dikarenakan kemampuannya mengakomodasi layanan komunikasi data berkecepatan tinggi. Potensi pasar mobile data yang belum banyak tergarap bisa menjadi sumber revenue baru sehingga operator CDMA tak hanya terpaku dengan strategi perang harga untuk menggaet pelanggan sebanyak-banyaknya. Beragam produk mobile data via CDMA bisa diluncurkan, misalnya kartu prabayar CDMA khusus untuk akses internet dengan tarif flat. Sampai saat ini belum ada operator CDMA di Indonesia yang mengeluarkan produk seperti ini padahal dengan coverage BTS (Base Transceiver System) CDMA yang begitu luas, kartu prabayar internet CDMA ini bisa mengungguli wireless fidelity (WiFi) yang jangkauannya sangat terbatas. Konsumen lebih leluasa mengakses internet dari mana saja karena mobilitas komunikasi datanya selalu terlayani, baik didalam (indoor) maupun diluar ruangan (outdoor), tidak seperti WiFi yang rancangan awalnya memang hanya untuk akses internet dalam ruangan tertutup, seperti perkantoran atau cafe. Dengan CDMA2000 kita juga tak perlu menunggu-nunggu datangnya teknologi WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) –teknologi lanjutan WiFi untuk indoor dan outdoor- yang masih butuh waktu lama untuk mencapai tahap komersialisasi.
Pemanfaatan teknologi CDMA di Indonesia juga terkendala dengan keterbatasan handset/ponsel dan gadget (piranti) komunikasi data yang benar-benar berstandar CDMA2000-1x. Ponsel CDMA yang tersedia di pasaran kebanyakan masih menggunakan teknologi IS-95 yang merupakan generasi awal CDMA. Kemampuan ponsel jenis ini masih sebatas untuk “ngomong” dan belum bisa digunakan untuk melakukan komunikasi data berkecepatan tinggi. Harga ponsel CDMA2000 “yang beneran” memang masih mahal dan belum banyak masuk pasaran Indonesia. Kalaupun ada juga tak akan bisa digunakan secara optimal karena tidak semua operator CDMA mempunyai produk berbasis multimedia, misalnya layanan video streaming. Hal yang sama terjadi untuk PDA atau gadget lain yang berbasis CDMA. Kartu PCMCIA CDMA untuk akses internet dengan notebook atau laptop hanya satu dua merek saja yang masuk Indonesia, itupun harganya belum semurah kartu PCMCIA WiFi dan keberadaannya di sentra-sentra ponsel atau komputer masih terbilang langka.

[+/-] Selengkapnya...

ads

masuk angin ??? gitar Photobucket Photobucket PEPSI INDOSAT

my artikel

coment in my shoutbox


ShoutMix chat widget

Teman - teman